Batik khas Bengkulu, konon, merupakan sebuah adopsi campuran dari motif kaligrafi Jambi dengan Cirebon. Adopsi itu membentuk sebuah desain batik khas Bengkulu. Batik khas Bengkulu secara umum terdiri dari dua jenis.Pertama adalah batik Pei Ka Ga Nga atau disebut juga dengan batik Ka Ga Nga yang memiliki motif berupa tulisan asli masyarakat Rejang Lebong. Dan kedua adalah batik Besurek dengan motif khasnya berupa tulisan kaligrafi.. Besurek dalam bahasa daerah Bengkulu, artinya bersurat dalam bahasa Indonesia. Dinamakan Besurek (bersurat) karena batik yang dibuat di Bengkulu umumnya dibuat dengan motif kaligrafi Arab serta potongan ayat-ayat suci Al-Quran. Beberapa motif dasar dari batik Besurek antara lain:
- motif kaligrafi (diambil dari huruf-huruf kaligrafi. Untuk batik Besurek modern, biasanya kaligrafinya tidak bermakna)
- motif bunga rafflesia
- motif burung kuau (bergambar burung yang terbuat dari rangkaian huruf-huruf kaligrafi)
- motif relung paku, dan
- motif rembulan.
Seni batik Besurek di Bengkulu diyakini diperkenalkan oleh saudagar dan seniman batik dari Demak. Hal ini dapat ditelusuri dari sejarah Kesultanan Demak (kerajaan Islam pertama dan terbesar di Pulau Jawa 1475–1548). Pada masa kejayaan Kesultanan Demak, banyak pembatik yang membuat batik bermotifkan kaligrafi Arab. Batik bermotif kaligrafi Arab ini biasa dipakai untuk menutup Al-Quran di kalangan kesultanan serta keluarga kerajaan Demak. Lama-kelamaan motif ini berkembang luas di masyarakat kabanyakan di Demak, dan selanjutnya mulai tersebar di beberapa kerajaan lain yang manjadi mitra dagang kesultanan Demak, termasuk Cirebon, Jambi dan Bengkulu.
Karena kemuliaan yang terkandung dalam motif kaligrafi Arab yang umumnya berisi doa, puji-pujian kepada Allah SWT, serta potongan ayat-ayat suci Al-Quran, maka pemakaian batik Besurek tidak sebebas kain batik lainnya. Batik Besurek tidak boleh dipakai di tubuh bagian bawah serta tidak boleh diduduki. Batik Besurek dapat dipakai untuk penutup kepala, penutup tubuh bagian atas, selendang, dijadikan alas bayi pada acara cukuran rambut, serta dapat juga dipakai sebagai penutup tubuh orang yang sudah meninggal sepanjang jenazah yang sudah bersih.
Proses kerajinan tradisional ini dikerjakan turun temurun dirumah-rumah pengrajin. Namun karena tidak adanya peningkatan permintaan, kegiatan melukis kain basurek dengan tangan semakin jarang dilakukan. Hal ini lah yang menyebabkan teknologi cap(printing)berkembamg dengan cepat. Sebenarnya upaya ini dilakukan agar bisa memasyarakatkan kain basurek, hal ini dikarnakan kain basurek dengan teknologi cap(printing)lebih murah dibandingkan dengan cara ditulis dengan tangan selain itu melalui pengembangan motif diharapkan bisa membuat kain basurek tetap terus populer dalam masyarakat.
Penggunaan motif huruf arab gundul digunakan hanya untuk memenuhi perspektif seni dan keindahan. Jadi, mungkin hanya bentuk coretan-coretan yang sengaja dimiripkan dengan huruf arab. Namun motif tersebut sangat sakral, terutama pada pemakaian upacara-upacara adat seperti acara pernikahan dan kematian. Selain itu juga digunakan untuk upacara ziarah dan hiasan kamar pengantin. Selain itu kain basurek ukuran kecil juga digunakan sebagai ikat kepala laki-laki yang disebut 'detar'.
Peralatan yang digunakan untuk membuat kain basurek cukup sederhana,hanya menggunakan meja kecil ,panci tempat malam (lilin batik), kompor kecil dan canting. Sebelum di batik, pada kain katun atau sutra digambar pola basurek, setelah itu pengerjaan membatik di mulai. Setiap potongan kain basurek berukuran 2,25 x 1 meter. Lama pengerjaan antara 3-4 hari. Waktu yang di butuhkan juga tergantung pada kerumitan pola yang digambar.