Gerabah diperkirakan telah ada sejak masa pra sejarah, tepatnya setelah manusia hidup menetap dan mulai bercocok tanam. Situs-situs arkeologi di indonesia, telah ditemukan banyak tembikar yang berfungsi sebagai perkakas rumah tangga atau keperluan religius seperti upacara dan penguburanTembikar yang paling sederhana dibentuk dengan hanya menggunkan tangan, yang berciri adonan kasar dan bagian pecahannya dipenuhi oleh jejak-jejak tangan (sidik jari), selain itu bentuknya kadang tidak simetris. selain dibuat dengan teknik tangan, tembikar yang lebih modern dibuat dengan menggunakan tatap-batu dan roda putar.
Gerabah menjadi salah satu bentuk buah karya dan sekaligus tradisi nenek moyang turun-temurun yang pernah ada dan sampai sekarang masih dipertahankan sebagai suatu keahlian penduduk setempat yang telah diakui dunia. Dulu gerabah biasa digunakan untuk menyimpan beras, garam dan bumbu-bumbuan disamping digunakan untuk tujuan memasak.
Pembuatan gerabah merupakan pekerjaan ibu dan anak perempuan , sebaliknya menjual dan membawa ke pasar adalah tugas ayah dan anak lelaki. Namun seiring kemajuan zaman yang begitu cepat dimana sebagain besar ayah dan anak laki-laki ambil bagian dalam pembuatan gerabah bekerja bersama-sama untuk memperoleh hasil yang maksimal dan kualitas yang bagus.
Membuat sebuah pot sederhana saja tidak semudah orang-orang pikirkan karena membutuhkan proses berliku dan lama, sebagai informasi, kami ketengahkan cara-cara pembuatan gerabah ini sebagai berikut:
1.
Pengambilan
tanah liat.
Tanah
liat diambil dengan cara menggali secara langsung ke dalam tanah yang
mengandung banyak tanah liat yang baik. Tanah liat yang baik berwarna merah
coklat atau putih kecoklatan. Tanah liat yang telah digali kemudian dikumpulkan
pada suatu tempat untuk proses selanjutnya.
2.
Persiapan
tanah liat.
Tanah
liat yang telah terkumpul disiram air hingga basah merata kemudian didiamkan
selama satu hingga dua hari. Setelah itu, kemudian tanah liat digiling agar
lebih rekat dan liat. Ada dua cara penggilingan yaitu secara manual dan
mekanis. Penggilingan manual dilakukan dnegan cara menginjak-injak tanah liat
hingga menjadi ulet dan halus. Sedangkan secar mekanis dengan menggunakan mesin
giling. Hasil terbaik akan dihasilkan dengan menggunakan proses giling manual.
3.
Proses
pembentukan.
Setalah
melewati proses penggilingan, maka tanah liat siap dibentuk sesuai dengan
keinginan. Aneka bentuk dan disain depat dihasilkan dari tanah liat. Seberapa
banyak tanah liat dan berapa lama waktu yang diperlukan tergantung pada
seberapa besar gerabah yang akan dihasilkan, bentuk dan disainnya. Perajin
gerabah akan menggunakan kedua tangan untuk membentuk tanah liat dan kedua kaki
untuk memutar alat pemutar (perbot). Kesamaan gerak dan konsentrasi sangat
diperlukan untuk dapat melakukannya. Alat-alat yang digunakan yaitu alat
pemutar (perbot), alat pemukul, batu bulat, kain kecil. Air juga sangat
diperlukan untuk membentuk gerabah dengan baik.
4.
Penjemuran.
Setelah
bentuk akhir telah terbentuk, maka diteruskan dengan penjemuran. Sebelum
dijemur di bawah terik matahari, gerabah yang sudah agak mengeras dihaluskan
dengan air dan kain kecil lalu dibatik dengan batu api. Setalah itu baru
dijemur hingga benar-benar kering. Lamanya waktu penjemuran disesuaikan dengan
cuaca dan panas matahari.
5.
Pembakaran.
Setalah
gerabah menjadi keras dan benar-benar kering, kemudian banyak gerabah
dikumpulkan dalam suatu tempat atau tungku pembakaran. Gerabah-gerabah tersebut
kemudian dibakar selama beberapa jam hingga benar-benar keras. Proses ini
dilakukan agar gerabah benar-benar keras dan tidak mudah pecah. Bahan bakar
yang digunakan untuk proses pembakaran adalah jerami kering, daun kelapa kering
ataupun kayu bakar.
6.
Penyempurnaan.
Dalam
proses penyempurnaan, gerabah jadi dapat dicat dengan cat khusus atau diglasir
sehingga terlihat indah dan menarik sehingga bernilai jual tinggi.
Macam-macam Bentuk Gerabah :
· Piring
·
Tempayan
·
Kendi
· Gerabah hiasan
·
Kuali
·
Celengan
·
Pot