Tari Seudati adalah nama tarian yang berasal dari provinsi Aceh. Seudati berasal dari kata Syahadat, yang berarti saksi/bersaksi/pengakuan terhadap Tiada Tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad utusan Allah.
Tari Seudati merupakan lambang gerak heroik dan penuh keceriaan, seakan-akan memperlihatkan sebuah ungkapan kemenangan dari medan laga. Tari ini dalam perjalanan hidupnya tetap melambangkan kepribadian masyarakat Aceh yang terbuka, lugas, dinamis, perkasa dan heroik, dengan ketikan jari dan tepukan dada yang serempak.
Biasanya tari ini dipertunjukan pada saat
upacara-upacara penyambutan tamu terhormat, acara perkawinan dan selesai
melakukan panen hasil pertanian dengan cara mengundang team seudati lain untuk
tanding tunang dan lazimnya dimulai dari jam 21.00 wib sampai dengan menjelang
subuh. Tari ini dimainkan oleh 8 (delapan) orang penari dan dibantu oleh 2
(dua) orang cahi sebagai vocalis, yang mengisahkan tentang pesan-pesan dakwah
Islamiyah, petuah-petuah dan menyampaikan informasi-informasi keberhasilan yang
berhasil diperoleh oleh masyarakatnya. Tarian ini sering dipergelarkan maupun
difestivalkan pada kegiatan perayaan maupun kegiatan pesta dan upacara lainnya.
Tarian ini juga termasuk kategori Tribal War Dance atau Tari Perang, yang mana syairnya selalu membangkitkan semangat pemuda Aceh untuk bangkit dan melawan penjajahan. Oleh sebab itu tarian ini sempat dilarang pada zaman penjajahan Belanda, tetapi sekarang tarian ini diperbolehkan kembali dan menjadi Kesenian Nasional Indonesia
ASAL USUL TARI SEUDATI
Tari Seudati pada mulanya tumbuh di desa Gigieng,
Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie, yang dipimpin oleh Syeh Tam. Kemudian
berkembang ke desa Didoh, Kecamatan Mutiara, Kabupaten Pidie yang dipimpin oleh
Syeh Ali Didoh. Tari Seudati berasal dari kabupaten Pidie. Seudati termasuk
salah satu tari tradisional Aceh yang dilestarikan dan kini menjadi kesenian
pembinaan hingga ke tingkat
Sekolah Dasar.
Seudati ditarikan oleh delapan
orang laki-laki sebagai penari utama, terdiri dari satu orang pemimpin yang
disebut syeikh , satu orang pembantu syeikh, dua orang pembantu di sebelah kiri
yang disebut apeetwie, satu orang pembantu di belakang yang disebut apeet
bak , dan tiga orang pembantu biasa. Selain itu, ada pula dua orang
penyanyi sebagai pengiring tari yang disebut aneuk syahi.
Jenis tarian ini tidak
menggunakan alat musik, tetapi hanya membawakan beberapa gerakan, seperti
tepukan tangan ke dada dan pinggul, hentakan kaki ke tanah dan petikan jari.
Gerakan tersebut mengikuti irama dan tempo lagu yang dinyanyikan. Bebarapa
gerakan tersebut cukup dinamis dan lincah dengan penuh semangat. Namun, ada
beberapa gerakan yang tampak kaku, tetapi sebenarnya memperlihatkan keperkasaan
dan kegagahan si penarinya. Selain itu, tepukan tangan ke dada dan perut
mengesankan kesombongan sekaligus kesatria.
Busana tarian seudati terdiri
dari celana panjang dan kaos oblong lengan panjang yang ketat, keduanya
berwarna putih; kain songket yang dililitkan sebatas paha dan pinggang; rencong
yang disisipkan di pinggang; tangkulok (ikat kepala) yang berwarna merah yang
diikatkan di kepala; dan sapu tangan yang berwarna. Busana seragam ini hanya
untuk pemain utamanya, sementara aneuk syahi tidak harus berbusana seragam.
Bagian-bagian terpenting dalam tarian seudati terdiri dari likok (gaya;
tarian), saman (melodi), irama kelincahan, serta kisah yang menceritakan
tentang kisah kepahlawanan, sejarah dan tema-tema agama.